Kepada kamu, anak hawa yang belum kulihat lewat jumpa.
Kepada kamu, yang seraya meraba kukhayal lewat maya.
Kepada kamu, yang kubaca pribadi lewat aksara dan puisi.
Kepada kamu, yang kukenal sejak pagi menyapa hari ini.
Ya, kepada kamu, salam perkenalan kuucap tuk pertama:
“Halo, Fasya”
Kamu, kiranya kuingin ketahui lebih dari puisi, izinkan aku, ya?
Aku lelah menerka apa yang akan kan kamu lakukan pada hari, dan dini.
Aku ingin tahu kiranya apa ada yang kamu suka, atau cinta.
Dengan berbekal antusiasku terhadap siapakah kamu, tolong izinkan aku.
“Bolehkah, ‘Sya?”
Ah, ya, mana sopan santunku, tak perkenalkan diri terlebih dulu.
Akan kukenalkan kamu, pada pemuda yang kusebut dengan ‘aku’.
Aku, anak adam penikmat aksara—masih pemula.
Aku, terbiasa dengan hasta karya maya.
Aku, alis tebal dengan hidung tak pesek—tak juga mancung.
Aku, idealis yang diuji dalam ideologi yang terpasung.
“Namaku, Deddy Ramadhani. Panggil saja: Dhani.”
Dimulai dari langit tersentuh biru yang tak legam,
Dimulai dari dunia tersinar mentari yang tak padam,
Dimulai dari hari dimana tak kukenal keadaan kelam,
Aku, mengenalmu.
Akhir kata, kepada kamu:
“Semoga maya bisa pertemukan kita pada temu.”
Iya, kamu, subtitusi sementara dari kamu-nya aku dalam ber-Duet Puisi