Dewasanya Si Mimpi

Standar

Aku menyebutnya dengan  nyata, yang memberi kecup dan selamat kepada pagi, yang kuberi asa dan rasa. Kepada kamu , untuk kamu, yang jadikan kita ada—untuk hari ini, dan seterusnya.

Semut semut berbondong membawa reremah. Memangku berat kudapan pada punggung yang diantarkan kehadapan dalamnya sarang yang tak mengenal kata gelap. Kita akan menetap, jadikan mimpi bukan lagi dirinya, mendewasakannya, mewujudkan nyata.

Ketahuilah, aku dan kamu menuju suatu yang tak hingga dan tak miliki definisi. Kita serupa bilangan yang kau bagi dengan nol, serupa pi yang tak pernah habis dibagi. Tanpa akhir.

Berlarian, dengan waktu aku berpacu meniti hujan itu. Merajut tiap tiap indah rintiknya, jadikan syal yang kulingkarkan pada lamun dan tinggi temperaturmu—sejuk.

Nyata sudah dekat, sayang.  Bata-bata mimpi yang kita rekat dengan timbun usaha telah tampakkan bentuknya serupa bilik. Ia mampu lindungi kita dari angin malam, pertemukan kita pada lelap indah yang tak berkesudahan, kini.

Telah kulihat caramu merawat mimpi yang jadikannya dewasa  diri. Dengan sedikit asa usaha yang kumiliki, izinkan aku membawanya pada transformasi yang lebih tinggi.

Jauh tinggi anak mimpi berkelana sudah, saatnya kembali pada yang didefinisikannya sebagai rumah—Ia nyata.

 

 

 

Dari aku yang kau nanti, Deddy Ramadhani,

dalam ber-#DuetPuisi dengan Adzhani.

Tinggalkan komentar